26 Desember 2013 ; 10.15 wib
"Mbu, ada santri yang ketiban pintu lemari dari lantai 4 asrama putra di pondok barusan", pesan abiku melalui BBM....
Innalillaaah....sekilas aku langsung membayangkan bagaimana kondisi itu anak.. sekaligus bertanya dalam diri, gimana ceritanya?
Rian di bawa ke klinik DaQu untuk diberikan pertolongan pertama, karena darah mengalir deras dari atas kepalanya... kemudian dirujuk ke Rumah Sakit terdekat, karena kondisi Rian sudah tidak sadarkan diri.
Malam itu juga Rian dioperasi untuk membersihkan serpihan kayu di otaknya yang retak....
Menurut informasi dokter, operasi yang dilakukan malam itu hanya untuk menyelamatkan dirinya dari kematian saja, selebihnya secara fisik akan menyebabkan bisu, tuli, tidak konek, lumpuh...
Operasi dilaksanakan sekitar lima jam, dimulai jam 8 malam sampai jam 1 pagi..Saat itu ayahnya sedang dalam perjalanan dari Purwokerto menuju pesantren. Setibanya di pesantren, ayahnya kemudian berangkat ke Rumah Sakit bersama Ustad Yusuf Mansur. Alhamdulillah hanya dibutuhkan waktu dua jam saja Rian sudah sadar kembali setelah operasi tanpa dilakukan transfusi darah, infus sudah dicopot, tidak merasakan sakit di kepala. Jumat siang hari, Rian sudah bisa dipindahkan ke Ruang Perawatan langsung mampu melaksanakan shalat lima waktu, sebelumnya Rian tidak melakukan sholat lima waktu karena belum sadar.
Selama dua minggu Rian dirawat di Rumah Sakit, setelah melalui beberapa tahapan sebagai persyaratan, akhirnya Rian bisa di bawa pulang.. selanjutnya pemeriksaan dilakukan secara rawat jalan, untuk mempersiapan diri menghadapi operasi pemasangan batok kepala imitasi ukuran 4x8 cm dalam dua bulan ke depan
Biasanya menurut informasi yang didapat ayah Rian, ketika seseorang sudah menjalani operasi, dalam jangka waktu seminggu masih harus berada di ICU kemudian dua bulan menjalani perawatan di Rumah Sakit,
sebelum dinyatakan sehat dan boleh pulang.. tapi sungguh berbeda dengan apa yang dialami oleh Rian. Àlhamdulillah... Allah melindungi dirinya...
|
Ayah dan Ibunya Rian saat di Rumah Sakit tak lepas dari Tilawah |
|
Kondisi Kepala Rian setelah operasi |
|
Abiku (baju merah) berfoto bersama Rian dan Keluarganya |
Mendengar kabar Rian sudah bisa pulang dari Rumah Sakit, rasanya aku ingin sekali melihat bagaimana kondisi Rian saat itu, aku segera tanya sahabat pengurus Muslimah Daarul Qur'an kira-kira kapan mau berkunjung..
|
serius menyimak kisah Rian |
Senin, 13 Januari 2014 jam lima sore beberapa pengurus MusDa (Muslimah DaQu) sepakat mengunjungi Rian di hotel Ad-Dhuha ( lokasinya berada di belakang pesantren), tempat dimana Rian dan ayah ibunya menginap.
Disambut ayahnya Rian yang cukup bersahaja, tak nampak ibunya berada 7di dalam kamar hotel....rupanya beliau sudah kembali berangkat pagi harinya ke Taiwan, ibunya sudah cukup lama bekerja disana sebagai Tenaga Kerja Indonesia. Kemudian kami memperkenalkan diri dari pengurus MusDa, beliau nampak sumringah saat Umi Maemunah Mansur turut berkunjung.
|
Ayah Rian memperlihatkan hasil Rontgen |
|
Ayahnya Rian kemudian berkisah ...
Saat kejadian, tidak ada angin tidak ada hujan Rian Fadhil 14 tahun santri Tahfidz Daarul Qur'an kelas delapan sedang duduk-duduk santai bersama teman-temannya di teras
depan kamarnya lantai dasar asrama tabarok, selepas sholat sunnah dhuha dan saat itu Rian
sedang melaksanakan puasa Daud yang sudah dijalaninya selama dua tahun, kedua orang tuanyapun melakukan hal yang sama karena ayahnya ingat pesan Ustad Yusuf Mansur, jika memiliki putra yang sedang "nyantren', usahakan orang tua mengikuti apa yang dilakukan anaknya dalam menjalankan ibadah.. sebelumnya mereka memang biasa melakukan puasa-puasa sunnah dan beberapa amalan lainnya.
Selama di Rumah Sakit, Rian tidak mengalami keluhan yang berarti, hanya sesekali terasa pusing saja. Ketika ayah dan ibunya selesai membaca Surat At Talaq dan Surat At Tahrim dihadapan Rian tiba-tiba saja Rian mampu melanjutkan surat berikutnya yaitu Surat Al Mulk secara muroja'ah, salah satu hapalan surat diantara delapan juz Al Qur'an yang sudah Rian kuasai selama dua tahun "nyantren".
|
Buku yang dibaca Rian sebelum kejadian |
|
|
|
|
Sebelum kejadian, Rian membaca buku mengenai kisah-kisah inspiratif yang dialami oleh seseorang ketika mengalami sakit, kesabaran menghadapinya bagi orang sakit dan sikap yang harus dihadapi oleh orang-orang yang berada di dekatnya. Seolah menjadi sebuah panduan bagi Rian dan keluarga ketika mengalami kejadian tersebut.
Nampaknya kita belum merasa bosan, ketika ayahnya menceritakan apa yang sudah dialami Rian dan beberapa hal yang dirasa luar biasa, sampai akhirnya adzan maghrib berkumandang.,, Ah sayang ya, ceritanya belum semua diungkap kurasa, karena ada hal-hal yang masih ingin aku tanyakan kepada mereka.
Sebelum pamit, seperti biasa foto duluuu...
|
Foto Bersama
|
Ketika aku memiliki kesempatan untuk kembali menjenguk Rian pada hari Rabu tanggal 15 Januari 2014, ayahnya berbagi cerita..soal cita-cita beliau yang ingin putranya Rian menjadi seorang Hafidz-penghafal Al Qur'an... untuk itu beberapa usaha dilakukan ayahnya dalam mengantarkan Rian menjadi seorang Hafidz.
Rian anak yang cerdas, sejak SD hampir selalu menjadi nomor satu di kelasnya, bahkan aktif mengikuti lomba matematika di kotanya. Di sela-sela kegiatan sekolahnya, ayahnya juga secara rutin membimbing Rian menghapal Al Qur'an, khususnya surat-surat populer Surat Al Mulk, Al Waqi'ah, Ar Rohman, dan An Naba. Rian sudah hapal surat Yaasin sejak kelas 4 SD..
Semula, ayahnya mau mengikutsertakan Rian di acara Indonesia Menghafal 1 tahun 2010 di Masjid Agung At Tin Jakarta, tetapi berhubung Rian belum siap, maka di Indonesia Menghafal 2 tahun 2011 di tempat yang sama, barulah Rian memiliki kesempatan untuk ikut serta.
Sejak saat itulah kemudian, Rian mengambil keputusan untuk menjadi santri tahfidz Daarul Qur'an.. Memang sejak kecil Rian punya keinginan untuk mondok di pesantren
|
Bersama Rian |
Ketika di Pesantrenpun, Rian memiliki kelebihan dibanding teman lainnya khususnya dalam hal targetan hapalan surat, temannya jarang sekali melihat Rian menghapal Qur'an tiba-tiba setoran surat... Rupanya Rian mengikuti nasihat ayahnya, "Jika mau lebih dari orang lain, maka harus melakukan sesuatu juga lebih dari orang lain"... yang dilakukannya adalah Rian kerapkali menghapal Al Qur'an malam hari disaat teman-temannya terlelap tidur....
Rian merasakan keprihatinan sejak kecil, disaat teman-temannya mampu membeli mainan, Rian kecil mendapatkan mainan dari bahan-bahan alam sekitarnya....tak pernah mengeluh dengan kondisi yang dialaminya...keinginannya mondok di pesantren sudah nampak sejak Rian masih TK, sesekali dia ikut temannya belajar di pondok pesantren dekat rumah.
Dengan kondisi seperti itu ayahnya Rian mesti mampu berperan sebagai ayah, ibu, teman, adik dan kakak....karena sejak kecil ibunya Rian sudah menjadi Tenaga Kerja di Taiwan, sehingga ayahnyalah yang memegang peranan di rumah.. sampai saat ini....tak hentinya beliau mengucap rasa syukur atas kejadian ini, sesekali aku lihat nampak bulir air mata ketika mengungkapkan apa yang dirasa dan dialaminya.
Hmmm.. aku tidak mampu terlalu banyak mengungkap kata, ketika ayahnya dan Rian berbagi kisah, menyimaknya saja sudah cukup membuatku merasa terinspirasi dengan amalan-amalan apa yang mereka lakukan dalam kesehariannya dan apa yang mereka rasakan selama ini,
Semoga juga menginspirasi sahabat sekalian ya...